Megan's Inside

Welcome to Official Megan's Website

Plus Minus tentang Internet




Permasalahan klasik yang terjadi di kota-kota dengan kehidupan metropolis misalnya permasalahan transportasi (kemacetan), pengaturan pedagang kaki lima, dan juga kehidupan masyarakat yang bersifat underground seperti perjudian, peredaran NARKOBA dan bisnis Seksual dengan melibatkan para remaja. Persoalan-persoalan tersebut nyata-nyata ada namun terasa sangat sulit penyelesaiannya. Untuk itu seluruh stake holder pembangunan (eksekutif, legislative, dunia pendidikan, LSM dan berbagai komponen masyarakat) harus bisa bersinergi dan saling bahu-membahu bekerja dalam satu visi dan misi yang sama membangun kota secara bermartabat. 





Mencoba untuk membidik persoalan lain yang secara implisit terlihat nyata namun berdampak underground. Persoalan baru tersebut adalah dampak penggunaan internet bagi para pelajar. mencoba untuk melontarkan sebuah wacana dan berbagai fakta tentang sebuah persoalan baru di kota-kota besar yang juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Walaupun masih berupa gejala awal, namun apabila tidak segera diatasi tentu akan berkembang menjadi “penyakit kronis” yangt makin sulit untuk diatasi.

Kita akui bahwa sosialisasi penggunaan Internet di Indonesia bisa dibilang relatif sukses. Hal tersebut juga terjadi di Kota Sragen, dimana saat ini para pelajar mulai dari SD-SMU dan terlebih para Mahasiswa sudah sangat familier menggunakan internet. Kita bisa melihat bagaimana dominasi para pelajar dan mahasiswa di warung-warung internet Kota Sragen. Mereka sudah tampak percaya diri (PD) berkunjung ke warung internet dan tanpa canggung lagi bisa bermain internet. Hal tersebut sangatlah berbeda dengan kondisi sekitar 6 tahun yang lalu, dimana para orang dewasa lebih dominan menjadi pengguna internet. 
Dalam pengamatanku, bahwa saat ini telah terjadi pergeseran profil pengguna internet dan juga pergeseran orientasi pemanfaatannya. Pengguna internet terbesar saat ini adalah para pelajar SLTP diikuti oleh pelajar SLTA dan kalangan mahasiswa justru menempati urutan ketiga (kecuali di warnet yang berdekatan dengan kampus). Ada gejala menarik yaitu mulai maraknya pelajar SD bermain internet dan sudah “berani” nongol diwarung internet. Para orang tua tentu saat ini harus “rela” merogoh kocek lebih banyak untuk memenuhi keinginan anak-anaknya untuk bermain internet baik dirumah ataupun di warnet. Harapan orang tua tentulah ingin agar si-anak tidak ketinggalan jaman dan dengan ber-main internet si-anak bisa bertambah pintar. Namun benarkah demikian ?

Makin meratanya pengguna internet disatu sisi memang sangat menggembirakan, namun pergeseran orientasi penggunaan internet sudah sangat memprihatinkan. Dalam pengamatanku, bahwa Para pelajar SLTP, SLTA dan SD sebagian besar (>75%) menggunakan internet “hanya” untuk bermain GAME dan CHATTING. Dan rata-rata mereka rela menghabiskan waktu 3-5 jam/ hari dengan mengeluarkan uang Rp.7000 – Rp.30.000/hari untuk bermain internet. Dan “aneh” nya kegiatan tersebut didukung oleh para orang tua. Aku yakin bahwa pergeseran orientasi penggunaan internet tersebut belum ditangkap oleh para orang tua, sehingga setiap anaknya meminta uang berapapun untuk bermain internet selalu diberikan. Padahal yang terjadi adalah tidak ada unsur pendidikan apapun yang bisa didapatkan dari bermain GAME & CHATTING. Memang tidak semua pelajar “hanya” menggunakan internet untuk bermain GAME dan CHATTING. Diantara mereka juga menggunakan internet untuk sarana mencari pengetahuan, namun yang melakukan hal itu jumlahnya tidaklah banyak. GAME & CHATTING bisa membawa effect “kecanduan”. Dan apabila sudah kecanduan tentu effect sampingnya akan membuat anak menjadi malas belajar, malas mengaji dan setiap ada kesempatan selalu berusaha untuk bermain GAME & CHATTING.

Dampak negatif bermain GAME hampir sama dengan dampak permainan Play Station dimana seseorang yang sudah kecanduan akan betah seharian bermain dan bahkan lupa makan, lupa minum dan lupa kalau hari esok masih ada. Sedangkan effect bermain CHATTING mungkin bisa digambarkan dengan permainan INTERKOM yang marak sekitar 20 tahun yang lalu. Dimana hampir semua orang “lupa daratan” dan setiap hari kerjanya hanya bermain intercom (jika sudah memegang mic maka orang cenderung akan malas berangkat sekolah, malas berangkat kerja, malas membatu orang tua, malas untuk mengaji malas makan, malas minum dan sebagainya). Begitu juga dengan CHATTING.. para pelajar yang melakukan kegiatan ini menganggap waktu 5 jam sama dengan 10 menit. Dan mereka cenderung memanfaatkan CHATTING untuk sekedar ngobrol kesana-kemari dengan teman kencannya di internet dan bahkan tidak menutup kemungkinan juga mengarah kepada pembicaraan yang “jorok-jorok”. Effect permainan GAME & CHATTING ini justru lebih berbahaya dari kekhawatiran kita sekitar 5 tahun lalu tentang maraknya situs-situs porno.

Karena berdasarkan pengamatan, ternyata situs porno hanya berefek pada euforia dan dalam waktu singkat mereka sudah akan bosan. Namun effect GAME & CHATTING adalah “Effect Candu” yang bisa membuat penggunanya menjadi ketagihan dan ini yang sangat berbahaya bagi dunia pendidikan kita. Beberapa kejadian di Indonesia menunjukan ada kasus perkosaan oleh teman CHATTING, penipuan oleh teman CHATTING. Karena tidak menutup kemungkinan bahwa “teman baru” yang didapat di dunia maya itu pada akhirnnya dilanjutkan dengan “jumpa darat” dan bahkan ada juga yang langsung menjadi teman kencan. Aku juga prihatin bahwa para pelajar SLTP itu tanpa disadari menjadi korban dari para penjahat yang memanfaatkan sarana CHATTING untuk mencari mangsa. Hal tersebut bisa saja terjadi karena seorang yang terbiasa CHATTING bisa dengan mudah mengelabui lawan CHATTING nya. Misalnya seorang “PLAY BOY” berusia 35 tahun, bisa saja dengan mengaku berusia 17 tahun untuk menarik perhatian seorang pelajar SLTP yang berusia 15 tahun. Cukup dengan menguasai bahasa “gaul di internet” seorang Om-Om berusia 45 tahun bisa saja mengaku berusia 17 tahun. Bagi mereka yang penting bisa “akrab” dan bisa menyenangkan lawan CHATTING nya sambil mencari peluang dan mengatur strategi untuk bisa menjalankan aksi jahatnya. 

Sebagai bagian dari Teknologi Informasi, internet memang ibarat pisau bermata dua. Disatu sisi, teknologi ini bisa bermanfaat apabila digunakan untuk melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat, seperti: mencari bahan-bahan pelajaran sekolah, diskusi mata pelajaran, mencari program beasiswa, konsultasi dengan pakar, belajar jarak jauh, dan mencari metode-metode pengajaran berbasis multimedia. Namun sayangnya penggunaan internet justru malah bergeser kepada hal-hal yang negatif dan ini harus menjadi perhatian seluruh komponen masyarakat di Bogor, Karena bagaimanapun kita tetap membutuhkan internet sebagai sarana informasi dan komunikasi yang bersifat global, namun disisi lain kitapun juga harus siap untuk melakukan antisipasi untuk mengatasi dampak-dampak negatifnya. Dan inilah persoalan bersama kita. 

Mumpung semua ini masih berbentuk gejala, alangkah baiknya pemerintah, DPRD, dunia pendidikan, pengamat “IT” dan para pengamat sosial kemasyarakatan duduk bersama untuk membahas dan mencari solusi untuk mengatasinya. “Virus” yang membuat mereka “kecanduan” dan “virus” yang bisa menjebak mereka kedalam sebuah permasalahan. Yang paling penting adalah bagaimana kita mengemas teknologi ini agar mempunyai muatan pendidikan namun tetap menarik untuk dikunjungi oleh para pelajar sebagai pengguna internet (netter) mayoritas pada saat ini.

source : http://dunia.pelajar-islam.or.id/dunia.pii/209/dampak-internet.html



Friends



Written with a pen, sealed with a kiss,

If you are my friend, please answer me this:

Are we friends, or are we not?

You told me once, but i forgot.

So tell me now, and tell me true,

So i can say I’m here for you

Of all the friends I’ve ever met,

You're the one I won’t forget

And if I die before you do,

I'll go to heaven and wait for you,

I'll give the angels back their wings

and risk the loss of everything

There isn't a thing I wouldn’t do

To have a friend just like you.








Trigonometry


Trigonometry (from Greek trigōnon "triangle" + metron "measure")[1] is a branch of mathematics that studies triangles, particularlyright triangles. Trigonometry deals with relationships between the sides and the angles of triangles and with the trigonometric functions, which describe those relationships, as well as describing angles in general and the motion of waves such as sound and light waves.
Trigonometry is usually taught in secondary schools either as a separate course or as part of a precalculus course. It has applications in both pure mathematics and in applied mathematics, where it is essential in many branches of science and technology. A branch of trigonometry, called spherical trigonometry, studies triangles on spheres, and is important in astronomyand navigation.
File:Circle-trig6.svg
All of the trigonometric functions of an angle θ can be constructed geometrically in terms of a unit circle centered at O.

History

Pre-Hellenic societies such as the ancient Egyptians and Babylonians lacked the concept of an angle measure, but they studied the ratios of the sides of similar triangles and discovered some properties of these ratios. Ancient Greek mathematicians such asEuclid and Archimedes studied the properties of the chord of an angle and proved theorems that are equivalent to modern trigonometric formulae, although they presented them geometrically rather than algebraically. The sine function in its modern form was first defined in the Surya Siddhanta and its properties were further documented by the 5th century Indian mathematician and astronomer Aryabhata.[2] These Indian works were translated and expanded by medieval Islamic scholars. By the10th century Islamic mathematicians were using all six trigonometric functions, had tabulated their values, and were applying them to problems in spherical geometry. At about the same time, Chinese mathematicians developed trigonometry independently, although it was not a major field of study for them. Knowledge of trigonometric functions and methods reached Europe via Latin translations of the works of Persian and Arabic astronomers such as Al Battani and Nasir al-Din al-Tusi.[3] One of the earliest works on trigonometry by a European mathematician is De Triangulis by the 15th century German mathematician Regiomontanus. Trigonometry was still so little known in 16th century Europe that Nicolaus Copernicus devoted two chapters ofDe revolutionibus orbium coelestium to explaining its basic concepts.

Overview
File:TrigonometryTriangle.svg
In this right triangle: sin A = a/c, cos A = b/c, tan A = a/b.

If one angle of a triangle is 90 degrees and one of the other angles is known, the third is thereby fixed, because the three angles of any triangle add up to 180 degrees. The two acute angles therefore add up to 90 degrees: they are complementary angles. The shape of a right triangle is completely determined, up to similarity, by the angles. This means that once one of the other angles is known, the ratios of the various sides are always the same regardless of the overall size of the triangle. These ratios are given by the following trigonometric functionsof the known angle A, where a, b and c refer to the lengths of the sides in the accompanying figure:
  • The sine function (sin), defined as the ratio of the side opposite the angle to the hypotenuse.
\sin A=\frac{\textrm{opposite}}{\textrm{hypotenuse}}=\frac{a}{\,c\,}\,.
  • The cosine function (cos), defined as the ratio of the adjacent leg to the hypotenuse.
\cos A=\frac{\textrm{adjacent}}{\textrm{hypotenuse}}=\frac{b}{\,c\,}\,.
  • The tangent function (tan), defined as the ratio of the opposite leg to the adjacent leg.
\tan A=\frac{\textrm{opposite}}{\textrm{adjacent}}=\frac{a}{\,b\,}=\frac{\sin A}{\cos A}\,.

The hypotenuse is the side opposite to the 90 degree angle in a right triangle; it is the longest side of the triangle, and one of the two sides adjacent to angle A. The adjacent leg is the other side that is adjacent to angle A. The opposite side is the side that is opposite to angle A. The terms perpendicular and base are sometimes used for the opposite and adjacent sides respectively. Many people find it easy to remember what sides of the right triangle are equal to sine, cosine, or tangent, by memorizing the word SOH-CAH-TOA (see below underMnemonics).
The reciprocals of these functions are named the cosecant (csc or cosec), secant (sec) and cotangent (cot), respectively. The inverse functions are called the arcsine, arccosine, andarctangent, respectively. There are arithmetic relations between these functions, which are known as trigonometric identities.
With these functions one can answer virtually all questions about arbitrary triangles by using the law of sines and the law of cosines. These laws can be used to compute the remaining angles and sides of any triangle as soon as two sides and an angle or two angles and a side or three sides are known. These laws are useful in all branches of geometry, since everypolygon may be described as a finite combination of triangles.
File:Sin drawing process.gif
Sine function drawing process


File:Tan drawing process.gif
Tangent function drawing process






File:Csc drawing process.gif
Cosec drawing process


File:Sine cosine plot.svg
Graphs of the functions sin (x) and cos (x), where the angle x is measure in radians



Calculating trigonometric functions


Trigonometric functions were among the earliest uses for mathematical tables. Such tables were incorporated into mathematics textbooks and students were taught to look up values and how to interpolate between the values listed to get higher accuracy. Slide rules had special scales for trigonometric functions.

Today scientific calculators have buttons for calculating the main trigonometric functions (sin, cos, tan and sometimes cis) and their inverses. Most allow a choice of angle measurement methods: degrees, radians and, sometimes, grad. Most computer programming languages provide function libraries that include the trigonometric functions. The floating point unit hardware incorporated into the microprocessor chips used in most personal computers have built-in instructions for calculating trigonometric functions.

Applications of trigonometry

There are an enormous number of uses of trigonometry and trigonometric functions. For instance, the technique of triangulation is used in astronomy to measure the distance to nearby stars, in geography to measure distances between landmarks, and in satellite navigation systems. The sine and cosine functions are fundamental to the theory of periodic functions such as those that describe sound and light waves.

Fields which make use of trigonometry or trigonometric functions include astronomy (especially, for locating the apparent positions of celestial objects, in which spherical trigonometry is essential) and hence navigation (on the oceans, in aircraft, and in space), music theory, acoustics, optics, analysis of financial markets, electronics, probability theory, statistics, biology,medical imaging (CAT scans and ultrasound), pharmacy, chemistry, number theory (and hence cryptology), seismology, meteorology, oceanography, many physical sciences, landsurveying and geodesy, architecture, phonetics, economics, electrical engineering, mechanical engineering, civil engineering, computer graphics, cartography, crystallography and game development.

Common formulae

The Law of Sines

The law of sines (also known as the "sine rule") for an arbitrary triangle states:
\frac{a}{\sin A} = \frac{b}{\sin B} = \frac{c}{\sin C} = 2R,
where R is the radius of the circumcircle of the triangle:
R = \frac{abc}{\sqrt{(a+b+c)(a-b+c)(a+b-c)(b+c-a)}}.
Another law involving sines can be used to calculate the area of a triangle. If you know two sides and the angle between the sides, the area of the triangle becomes:
\mbox{Area} = \frac{1}{2}a b\sin C.


The Law of Cosines



The law of cosines ( known as the cosine formula, or the "cos rule") is an extension of the Pythagorean theorem to arbitrary triangles:
c^2=a^2+b^2-2ab\cos C ,\,
or equivalently:
\cos C=\frac{a^2+b^2-c^2}{2ab}.\,


The Law of Tangents

Triangle with sides a,b,c respectively opposite angles A,B,C, as described to the left

Source : Wikipedia